Sabtu, 09 Januari 2016

Darimu, Aku Belajar Tentang (Jatuh) Cinta

ImgSrc
“Bang, di sini kan ada banyak perempuan cantik, nih. Kalau disuruh milih satu, abang mau pilih yang mana?”

Mendengar pertanyaan seperti itu, perlahan dia mengangkat kepalanya. Senyum pun mulai merekah dari bibirnya yang sedari tadi melengkung ke bawah. Wajahnya sekarang cerah. Dengan kedua bola mata yang berbinar indah, dikelilingkannya pandangan, mengamati para gadis yang duduk mengelilinginya, satu per satu.

“Jadi, bang, mau sama yang mana?”

Yang ditanya hanya menundukkan kepala. Tersenyum malu-malu, untuk kemudian menggeleng perlahan.

“Loh? Kok gak mau sih, bang? Padahal cantik-cantik loh ini mbak-mbaknya…”

“Hmm… Lagi pengen sendiri…” Akhirnya lelaki itu buka suara.

“Oalah… Lagi pengen sendiri, toh…”
***
 
Hai. Perkenalkan, saya Dara. Satu diantara sekian banyak perempuan yang baru saja ditolak mentah-mentah oleh Romi – pasien psikiatri kami.

Romi merupakan seorang pasien dengan diagnosis psikiatri blok F25, yaitu gangguan skizoafektif. Jika kamu bertemu dengannya untuk pertama kali, mungkin saja kamu tidak akan menyadari bahwa Romi memiliki gangguan jiwa, karena penampilannya terlihat seperti anak muda kebanyakan. Usianya berada di kisaran akhir belasan, perawakannya sedang, kemampuan verbalnya baik – meski cenderung pendiam. Tak ada yang aneh dengan gaya berpakaiannya, sorot matanya tajam, ekspresi wajahnya datar. Penilaian pertama yang kami lakukan padanya tak menyiratkan sedikit apapun kelainan. Berbeda dengan tiga orang temannya yang lain, yang sejak awal melangkahkan kaki ke dalam kelas saja sudah membuat kegaduhan, Romi cenderung tenang.

Padahal, jika dibandingkan dengan ketiga temannya itu, Romi adalah pasien yang paling berbahaya, tipikal yang lebih berpotensi untuk melakukan bunuh diri daripada jenis skizofrenia lainnya. Menjadi Romi sungguh bukanlah sesuatu yang mudah, sebab dalam pikirannya berkecamuk sesuatu yang tak dapat dikendalikannya. Sebab dalam pikirannya, silih berganti datang gejala skizofrenia yang khas seperti halusinasi, waham, serta bisikan-bisikan asing yang hanya dapat didengarnya sendiri. Tidak hanya itu, Romi juga memiliki gangguan afektif yang meliputi rasa cemas, depresi, kesedihan yang mendalam, amarah ataupun histeria.

Pembicaraan yang kami coba lakukan dengan Romi kerap kali berujung kepada terjadinya blocking, sebab arus pikiran Romi seringkali terputus atau mengalami sisipan. Setiap kami mencoba untuk menggali informasi darinya, dia selalu mencoba membangun tembok pertahanan yang sulit untuk kami masuki. Hal ini lah yang kemudian membuat salah seorang teman laki-laki kami menanyakan perihal “mau memilih mbak yang mana” kepada Romi. Alhamdulillah, setelah menggunakan pick up line seperti itu, Romi menjadi lebih kooperatif dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan kami.

Romi memiliki afek depresif yang menonjol, sesuatu yang membuatnya menjadi kehilangan minat dan kegembiraan, sesuatu yang membuatnya kehilangan energi. Romi sering mengaku melihat sesuatu yang disebutnya sebagai hantu, mendengar bisikan yang tak diketahuinya berasal dari siapa. Dia sibuk dengan dunianya. Dengan pikirannya. Bahkan usaha dari teman saya yang “menawarkan” teman-teman perempuannya kepada Romi tidak mampu membuat Romi meninggalkan pikiran-pikiran yang membuat jiwanya terganggu.

Berbeda dengan Romi yang karena gangguan kejiwaannya menjadi kehilangan minat terhadap perempuan, temannya yang lain, sebut saja Pak Anto, malah mengalami gangguan jiwa karena perempuan yang dicintainya.

Usia Pak Anto sudah tidak muda lagi, sudah memasuki kepala lima, dan beliau sudah sangat sering keluar masuk RSJ. Awal mula beliau menjadi pasien psikiatri adalah ketika masih muda, disebabkan karena kekasih hati yang dicintainya menikah dengan orang lain. Dengan pria selain dirinya.

Bagi sebagian orang, hal ini mungkin biasa saja. Tapi bagi orang-orang pilihan yang terlahir dengan bakat gangguan jiwa, kejadian seperti yang dialami oleh Pak Anto tentu dapat menjadi pemicu terhadap status kesehatan mentalnya. Bagai konduktor yang dapat menghantarkan panas dengan baik, maka seperti itu pula kejadian patah hati ini menjadi penghantar atas arus-arus pikiran yang kemudian mengganggu kejiwaan Pak Anto. Membuatnya mendapat diagnosis dari blok F2, skizofrenia.
***

Belajar dari kejadian ini, saya dibuat jadi sadar bahwa kita, sebagai manusia, harus selalu dapat memanajemen perasaan kita dengan baik. Tidak peduli bagaimanapun remuk maupun luluh lantaknya perasaan itu. Ketika sayap-sayap perasaan itu mulai patah, maka kita tak boleh terlarut teramat dalam, sebab masih ada banyak hal yang harus kita selesaikan sebelum maut datang menghampiri.

Kembalikan perasaan itu pada muaranya. Sebab perasaan yang menggelitiki hatimu itu adalah sesuatu yang direct – datang langsung dari Sang Maha Cinta. Permasalahannya bukan tentang apa dan bagaimana perasaan itu, tetapi tentang bagaimana penyikapan yang muncul atas hadirnya. Maka apakah pantas kita merasa sedih dan terluka ketika perasaan itu tak pernah menemukan tempat bertautnya? Bukankah Sang Maha Sayang itu tak pernah berbuat salah dan aniaya? Boleh jadi, ini adalah cara dariNya untuk menunjukkan kasih sayang kepada kita. Mungkin Dia sedang cemburu pada kita, sebab selama ini, kita lebih mencintai dia ketimbang Dia.

Berapa banyak manusia yang telah tertipu oleh perasaannya sendiri? Banyak, kan?

Dan apabila “cinta gila” itu memanglah sesuatu yang kamu anggap wajar, maka cintailah dengan segila-gilanya pada apa yang kamu yakini juga mencintaimu. Cintailah Dia, Dzat yang telah memberikan cinta padamu, kekuatan untuk menghadapi hidup pada setiap detiknya.
***

Saat cinta itu datang, kamu selalu bisa memilih, sayang. Ingin jatuh, ataukah bangun. Bebas, pilih saja sesukamu, sebab tak ada kaidah benar atau salah dalam cinta. Tetapi kita, karena ketidaktahuan – ketidakmengertian, lebih cenderung memilih untuk jatuh. Bukankah menjatuhkan itu jauh lebih mudah daripada membangun? Bukankah kita lebih menyenangi untuk jatuh -kemudian dilambungkan- atas nama cinta?


Notes: Semua identitas pasien sudah disamarkan. Penggunaan nama pengganti hanya untuk memudahkan penulisan cerita dan pengenalan tokoh.



Khatulistiwa, diiringi rintik gerimis yang mengalun lembut.


Jangan lupa berpijak di bumi!

52 komentar:

  1. Wadadidudadiduyyy ...
    Romi ini kayak anak indigo brarti dar, bisa ngliat hantu gitu ?? banyak banget model kelainan di dunia perdokteran .. hmmmm
    Allah~~ gue ngrasain banget ditikung temen sendiri, kayak kejadiannya Pak Anto nih ..
    untung nggak jadi pasien psikiatri juga gue ...

    Oke .. mari kita move-on dan tidak berlarut2 dalam perasaan .. Yosh .. Makasih dar *sungkem*

    BalasHapus
    Balasan
    1. Beda, Ka. Romi ini skizofrens, beda sama indigo. Jadi kalau si Romi ini yang dilihatnya itu cenderung ke ilusi dia aja. Sederhananya, dia berkhayal kalau melihat hantu, kemudian dia yakin bahwa yang dilihatnya itu bukan khayalan. Padahal hanya khayalan dia aja. Jadi ya dia gak bisa bedain mana yang kenyataan, dan mana yang hanya khayalan. Gitu, ka.

      Eh? Pernah ditikung, Ka?
      Sedih...

      Yosh!

      Hapus
  2. Kayaknya gue punya penyakit yang sama kaya yang dimiliki Romi. #kodemintadirawatdara

    BalasHapus
  3. ngeri juga ya punya penyakit kayak gitu
    kalo perasaannya engga terkontrol bisa bunuh diri
    iiiih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya mau gimana lagi, Nik. Emang udah dikasi sama Allah begitu :')

      Hapus
  4. Ternyata ada ya gangguan skizoafektif begitu, kok serem banget keliatannya bisa sampe bunuh diri. Btw, apa gangguan begitu bisa disembuhin nggak ya?._.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, kak. Lumayan serem karena pengidap skizoafektif ini cenderung depresi gitu orangnya... :(

      Manusia berusaha, Tuhan menentukan.
      Insya Allah kalau terapinya tepat, dan dapat dukungan keluarga yang memadai, bisa sembuh, kak :)

      Hapus
  5. Serem juga, ya penyakit kek gitu. Gue sendiri kalo mikir gak sampe segitunya. Tapi, kelo udh penyakit, mau gimana. Belum lagi harus merasakan kamfretnya ditikung temen. "NYese banget itu."

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Pangeran.
      Kalau udah penyakit, mau gimana...

      :(

      Hapus
  6. Iya, dar. sebagai mana pun dibuat terbangnya kita oleh perasaan, kita harus selalu ingat untuk berpijak ke bumi. sadar akan diri dan tujuan hidup. eh gitu nggak sih maksudnya...
    O.o

    BalasHapus
    Balasan
    1. Gitu juga bisa, sih, bang.
      Kadang kita dibuat terbang oleh perasaan sampai terlalu jauh, sampai lupa di mana harusnya kaki kita berpijak. Padahal kita tahu, bagaimana rasanya sakit apabila kita terjatuh.

      Lalu, mengapa kita begitu berani untuk terbang tinggi sekali, padahal tidak ada tempat untuk menggantungkan harap itu di sana? :')

      Iya, sih. Kata Bung Karno, gantungkan cita-cita setinggi langit. Hingga pada suatu saat di mana kita harus terjatuh, masih ada bintang-bintang yang akan menyangga.
      Tapi, apakah ini juga berlaku untuk ci(n)ta-ci(n)ta?

      Eeeehhhh.
      Gegara bang Haw ini. Kenapa aku malah makin jauh mikir masalah ginian. Dasar. Ni anak seneng banget bikin orang jadi mikir berat. Hih.

      Kamu gak ada niatan buat jadi dosen, kan, bang? Kasian ntar mahasiswanya. Otaknya gak bakal berhenti mikir.
      Ntar bangsal psikiatri malah makin ramai yang ngisi, lagi :v

      Hapus
    2. ini komentarmu jadiin postingan baru aja lagi, Dar. Panjang banget... O.O

      Hapus
  7. Ya ampun ternyata ada faktor bakat dari lahir ya, Mba? Ngeri

    BalasHapus
  8. Manjemen perasaan emang penting ya, kalau nggak dampaknya bisa semengerikan itu.

    Kalau hal yang aku tangkap jangan mencintai sesuatu yang berlebihan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Ki. Penting banget buat bisa manajemen perasaan sendiri :)

      Yap! Seratus!

      Hapus
  9. ajari aku juga tuk jatuh cinta. hihi vis

    BalasHapus
  10. Serius ra, aku udah move on kok, dari taun lalu, pa anto aja lah aku mah jangan :'
    baca tentang si romi, jadi inget film ini nih ra, yang difonis gangguan sama dokter, tapi doketr salah. "darkness falls and a nightmare on elm street"

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kaya'a lo gak bakal kaya Pak Anto, Di.
      Soal'a pas di kampus dulu,lo sering liat mantan pacaran sama cowo baru'a. Jadi udah pasti gak bakal sampe gila kalo mantan lo nikah sama cowo'a.
      tapi
      tapi
      tapi
      tapi
      tapi
      tapi
      tapi
      tapi
      Tetep aja sakit ea gak Di Wkwkwkw :v

      Hapus
    2. enggak lah, kalau mantan gue nikah, gue bakal bawa pasangan gue dan ngelamar dipernikahan mantan, tips si aska kalau gak salah, gitu :v

      Hapus
    3. Emang udah punya pasangan Di?
      Emang bakal sempet punya pasangan pas nikahan mantan?
      Apa pasangan'a cuma pacar bayaran doang Di? Wkwkwkw :v

      Hapus
    4. Huahaha Bang Erdi di-bully Ki Sanak wkwk. Bales, bang. Bales tuh Ki Sanak!!!

      Bang Er, aku belum pernah nonton film itu. Ntar kalau luang aku nyobain nonton, deh. Makasih loh udah ngasi tau :)

      Hapus
    5. biar ra, orang terzolimi mah kan doanya terkabul aku lagi ngumpulin bullyan nih, biar doanya sekaligus nanti :v

      Hapus
    6. Iya, bang. Doa orang terzolimi itu sering terkabul.
      Apa mau aku zolimi juga, bang? Huahaha :v

      Hapus
    7. Bantu Zolimi juga Dar, biar do'a dapet jodoh'a cepet terkabul :v

      Hapus
  11. Aku mulai sekarang gak boleh jatuh teramat dalam kayak pak anto. Bener tuh, suka banget sama kalimat 'cintailah dengan segila-gilanya pada apa yang kamu yakini juga mencintaimu. Cintailah Dia, Dzat yang telah memberikan cinta padamu, kekuatan untuk menghadapi hidup pada setiap detiknya' karena cintaNya gak menghianati dan bikin sakit. Eh aku ngomong apa sih?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kuncinya ya manajemen perasaan. Yuk ah sama-sama belajar :)

      Iya, bener mah kamu omongannya. Kalau cinta sama Dia, gak mungkin bertepuk sebelah tangan :)

      Hapus
  12. Romi tuker posisi aja Yo, tapi penyakit'a gak usah huahaha :D
    Sabar Dar, sama orang gila masih di tolak Huahahah :D

    Kasian juga pak Anto, gila gara-gara ditinggal nikah. kamu jangan sampe kaya gitu Dar :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hayuk lah kesini, Ki. Aku siapin satu bangsal psikiatri buat Ki Sanak deh :p

      Nah justru itu, Ki. Kalau orangnya waras, gak bakalan nolak aku deh kayaknya wkwkwk *muke lu jauh Dar*

      Ah elah. Kalau aku mah siapa yang mau ninggalin nikah emangnya? Ada juga kagak :v

      Hapus
    2. Psikiater'a cewe semua gak Dar? klo cowo semua mah ogah akh Hahaha :D

      Hahaha, Iyalah masa disuruh pilih pacar calon dokter nolak. Kan lumayan bisa perikasa gratis kalo punya pacar dokter Huahaha

      Oh iya Lupa Dar, kan gak bakal kejadian kalo belum ada pasangan'a :v

      Hapus
  13. Balasan
    1. Hai tante pengobatan nyeri haid.
      Biasakan membaca artikel sebelum berkomentar, ya.
      Terima kasih.
      Semoga dagangannya laris :v

      Hapus
  14. Berarti jni kamu sudah resmi praktek ya dar

    BalasHapus
  15. Whoaaa. Keren. Jujur, aku pengen banget ada di posisi kamu waktu ngobrol sama Romi. Atau di posisi pas kamu sama Pak Anto, Dar. Pengen banget 'belajar' langsung tentang jatuh cinta dari mereka. Huaaaaa :(

    Hmm. Skizofrenia ini istilah kedokterannya orang kurang waras ya, Dar? Serem juga ya. Nonton A Beautiful Mind aja udah ngerasa serem. Plus prihatin. Apalagi kalau sampe ngalamin.

    Dulu aku pernah mikir, kayaknya aku terlahir dengan bakat gangguan jiwa. Soalnya dulu sempat depresif. Dan mood naik turun dengan seenaknya juga. Suka marah-marah sendiri, nangis sendiri, ntar baik sendiri. Yang masalah mood itu masih sampe sekarang sih.

    Dan ya, aku setuju banget sama kalimat, "Bukankah kita lebih menyenangi untuk jatuh -kemudian dilambungkan- atas nama cinta?" Dalem banget, Dar. :))

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hayuk Cha, kesini. Ntar tak temenin "belajar" langsung tentang jatuh cinta sama yang udah berpengalaman. :')

      Iya, Cha. Orang kurang waras itu banyak banget pengelompokannya, dan skizofrens ini yang paling sering dialami.

      Mood naik turun seenaknya? Hmmm. Kamu udah pernah ke psikiater, Cha? *beneran loh ini*

      Hehe. Itu kalimat pas ditulis dia iseng main ke tepi sumur. Trus kejatuhan. Dalem, lagi :v

      Hapus
  16. Laki-laki penuh misteri., cool dan sepertinya mengetahui banyak hal.
    mungkin dia sedikit malu-malu dan canggung ketika dekat dengan wanita. :D

    BalasHapus
  17. Mbak itu lokasi nya di tempat apa ? Blok blok an gitu ?
    Beruntung ya mba masih bisa membantu orang orang seperti itu, meskipun responnya kadang di block.

    Saya sendiri baru tau tentang istilah2 gangguan di atas, semoga pak anto dan si romi sehat kembali. Bisa kah sehat kembali ?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Maaf, mba. Kurang ngeh saya. Maksudnya lokasi apa, ya, yang ditanyain ini?

      Aamiin. Semoga mereka bisa sehat kembali.
      Insya Allah bisa, mba. Atas usaha manusia dan izin Yang Kuasa :)

      Hapus
  18. Hoaaaa......!! Butuh manajemen cinta nih..

    Si Romi bisa mendengar dan melihat sesuatu yang tidak bisa dilihat orang lain?! Hii kayaknya kok serem banget ya.. ckckkk

    Pak Anto kasian sekali, aku jadi inget tetanggaku ada yang bunuh diri gegara pacarnya selingkuh.. Semoga mereka yang sakit lekas sembuh ya..

    Boleh cinta, tapi jangan jatuh. Karena itu sakit.. Hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yuk lah, sama-sama manajemen :) *bikin jurusan kuliah baru, manajemen cinta*

      Iya, mba. Makanya mereka sering dikucilkan oleh lingkungan sekitar...

      Aamiin. Semoga saja.

      Iya, jangan sampai sakit. Soalnya ya sakit yang diakibatkan cinta itu gak bakal ditanggung BPJS :p

      Hapus
  19. Ehh seriusan?? Kirain tadinya cerpen. Serem amat ya.

    BalasHapus
  20. Kembalikan perasaan itu pada muaranya. Sebab perasaan yang menggelitiki hatimu itu adalah sesuatu yang direct – datang langsung dari Sang Maha Cinta.

    Setuju sama kalimat ini. Memang seharusnya begini.. :)

    BalasHapus
  21. mengendalikan perasaan yak :') hmmm.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Lam. Jadi Avatar terakhir --> pengendali perasaan :p

      Hapus